Aku hanya bertanya, lantas di mana maknaku ketika kutahu dia sudah mengukir nama dalam cerita langit
Malam pertama pada akhir malam sebelumnya, nama yang sama bertambah makna. Bukankah perempuan tercipta untuk satu kata: cinta?
Lantas kenapa para lanun datang membajak kata? Kata yang kutahu hanya akan bermakna bila bersanding dengan cinta.
Tapi kali ini, dan seperti malam-malam sebelum ini, langit tak memberiku kisah dengan makna. Hanya cawan serupa lembah penuh air terukir tanpa kata-kata.
He, sekali kuingat dia berkata, “bukankah itu lembah langit, dari bukit-bukit penuh ilalang tinggi yang menghampar hijau.” Aku tak meneruskannya. Hanya ada angin berkelebat, menuntun sirna bayangan kupu-kupu bertebangan ke berbagai tangkai di bunga kepalaku. “Menakjubkan.”
Semakin indah, dan menjadi luar biasa indah. Hanya saja, tak berlangsung lama. Kali ini dia semakin memperkecil tempatku meraih makna. Semakin kecil, dan sempit.
Tentu ragaku yang telah bernafas seperti Adam ketika Hawa yang tergelincir dari rusuknya, tak tinggal diam. Namun semakin memberontak, semakinku terkoyak. Terpuruk dan tak terselamatkan.
Di depan sudah ada jurang. Tidak lagi lembah-lembah mengagumkan. Menunggu aku yang setengah ragu berkesempatan atau terlena.
“Sudahlah,” kata nama-nama yang lain. “Makna itu tidak hanya bernama satu perempuan.”
Aku lega, tapi bukan berarti aku terlepas dari hidup yang baru saja terlena dan hampir nista. Karena maknaku, makna yang baru saja ku tahu untuk aku dapatkan, juga baru saja tercerabut. Tanpa sisa, dan lagi, tanpa makna.
Benar kawan, ini hanya persoalan remeh tentang merindu makna. Tapi, sekarang ini, aku, kau, dia, dan kita, juga tidak punya apa-apa, ketika langit hanya ada satu kata, tentang dia.
Sudahlah. Aku juga tak mau berlama-lama, untuk nama yang tak lagi bermakna. Aku akan kembali pulang ke sudut hati, ke tempat aku ketika bukan siapa-siapa. Hanya ada dia yang memiliki cinta
Rumah kata pada akhir malam di penghujung langit kedua
Romi Mardela
Filed under: happy, diri, hati, kata, makna
usul-usil (boleh aja)